Sunday, January 20, 2013

ummi menghibur diri

sejak ditinggal rumaysha ummi seperti org linglung,bingung..benar2 baru merasakan bahwa kematian itu benar2 dahsyat,memutus segala kenikmatan,dunia yg rasanya selalu hiruk pikuk berubah jd sunyi senyap..terkadang ummi menangis menyalahkan diri sendiri..kenapa..pdhl ummi tau semua sdh suratan takdir..ummi berusaha menghibur hati yg luka dengan ayat ayat Allah..krn Allah selalu menepati janji..


1. Perempuan yang ditinggal mati oleh anaknya.
“ Perempuan manapun yang ditinggal mati oleh tiga orang anaknya maka ketiga anaknya itu akan menjadi dinding baginya dari api neraka.” (Perawi: Al Bukhari dari Abu Sa’id Al Khudri)

2. Sabar itu pada penderitaan Pertama:
“ Sesungguhnya sabar itu hanyalah ketika penderitaan yang pertama.” Diriwayatkan oleh Abd Ibnu Hamid dalam Musnadnya dari Anas bin Malik r.a.

Keterangan: karena itulah pertolongan iman dan kekuatan yang diberikannya pada saat permulaan ditimpa musibah itu sangat diperlukan. Mereka yang sabar menerimanya memperoleh kabar gembira dari Allah.

3. Anak-anak di dalam surga
“Anak-anak kecilmu –pada riwayat yang lain- anak-anak kecil mereka – (menjadi) kunang-kunang di dalam surga, seorang diantara mereka menemui ayahnya, memegangi bajunya tidak berhenti sampai Allah memasukkan dia dan ayahnya ke dalam surga.” Perawi: Imam Ahmad, Bukhari di dalam Al Adabul MUfrad, Imam Muslim di dalam Shahihnya dari Abu Hurairah.

Keutamaan Anak Kecil Yang Meninggal Dunia Sebelum Baligh :

1.Akan langsung masuk sorga.
2.Akan bisa menolong orang tuanya kalau orang tuanya orang iman.
3.Jadi pelayan penduduk sorga sebagaimana berlian yang disebar

Bagi para orang tua beriman yang mengalami anaknya yang belum baligh kok sudah meninggal dunia sebaiknya jangan sedih karena akan jadi tameng.yang akan bisa menolong orang tuanya untuk masuk sorga.
Seorang ibu beriman yang mempunyai banyak anak akan wajib masuk sorga krn sudah mendapatkan pahala yang begitu besar yaitu pahala waktu hamil, waktu melahirkan dan waktu menyusui.

Bayi Meninggal Menolong Orang Tuanya

Bayi itu dilahirkan suci dan bersih. Kelak di alam maghsyar, ia menjadi penolong bagi kedua orangtuanya. Namun perlu diingat, anak itu hanya bisa menolong orangtuanya kalau mereka masih berada dalam jalan Islam. Kalau mereka sudah menyimpang dari jalan Islam atau berbagai peraturan yang telah ditetapkan
Allah dan Rasul-Nya, pertolongan itu akan batal dengan sendirinya.

Contoh, orangtuanya telah meninggalkan shalat lima waktu hingga ajalnya tiba. Lebih-lebih mereka dengan kekayaannya yang berlimpah tidak mau menjalankan ibadah haji. Sekali lagi, anak tersebut hanya bisa menolong orangtuanya, sebatas jika orangtuanya juga menaati perintah Allah dan Rasul-Nya.

Yang dimaksud dengan bayi atau anak kecil adalah anak yang belum baligh. Batasannya mungkin sekitar 10 tahun. Sedang dalam ilmu fikih, yang disebut belum baligh, bagi perempuan sebelum haid, dan bagi lelaki belum pernah mengalami ihtilam (mimpi basah).

Berita Gembira Tuk Orang Tua yang Anaknya meninggal Dunia

Apa yang anda rasakan ketika anak, orang tua, saudara atau kerabat dekat Anda tiba-tiba saja di panggil oleh sang Khaliq? Tentu sedih dan mungkin putus asa karena kehilangan seseorang yang kita sayangi dan bahkan menjadi tumpuan hidup kita. Kehilangan orang tercinta memang sungguh menyedihkan tapi taukah anda, ada berkah di balik setiap peristiwa, pun kematian tentu jika kita mampu menyikapinya secara bijak, penuh kesabaran dan keikhlasan.

”Innalillahi Wa innalilallhi Roji’un” Sesungguhnya kita ini adalah milik Allah, dan pasti kita akan kembali kepada pemilik kita, Allah Ta’ala


sabda Rasulullah : ’Diriwayatkan dari Anas ra, dia berkata : ”Rasulullah saw bersabda, tidaklah seorang muslim kematian tiga anaknya yang belum baligh, kecuali, Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga berkat kasih sayang-Nya kepada anak-anaknya tersebut, ”(HR Bukhori muslim).

Ada beberapa hal yang mesti diketahui oleh orang tua pun kita, agar kematian tersebut bisa menjadi berkah dan mengantarkan kita menuju surga Allah. Diantaranya, seperti yang telah saya katakan diawal,


1. Sabar Dan Ikhlas

Orang tua mesti sabar dan ikhlas menerima kepergian sang anak, tidak meratapi kepergiannya secara berlebihan boleh menangis dan bersedih asal tidak berlarut-larut sehingga dapat menimbulkan keburukan bagi kesehatanya.

2. Sadar dan memuja Allah

Yaitu dengan mengucapkan kalimat istirja (innaa lillahi wainnailillaihi roojiun) dan merenungi kandungan maknanya. Kita , anak kita, dan segala sesuatu yang ada disekitar kita semuanya adalah milik Allah. Anak adalah amanah, titipan dari Allah, yang mesti kita jaga dan pelihara dengan sebaik-baiknya. Karena anak ibarat barang titipan tentu suatu saat jika sang pemilik akan mengambil kembali miliknya tersebut kita harus berlapang dada menyerahkan barang titipan tersebut kepada sang pemilik

3. Mengharap pahala atas kematian sang anak.

Seperti yang telah saya katakan diawal, bahwa, kematian seorang anak bukanlah suatu musibah melainkan himpunan berkah yang mesti dipetik oleh orang yang di tinggalkan. Orang tua semestinyalah memohon pahala dan keberkahan dari peristiwa tersebut, maka dengan senang hati Allah akan melimpahkan banyak kebaikan dan pahala kepada hambanya yang meminta dengan setulus hati.

Nah, bukankah hal ini merupakan kabar gembira bagi orang tua yang ditinggal mati oleh anak-anaknya yang belum baligh dan janji Allah tersebut merupakan bukti karunia dan kemurahan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dan jika pun mendatangi neraka, itu hanya bagian dari janji Allah yang telah menjadi ketetapannya.

Lho, menetapi janji apa ? mungkin saudara bertanya-tanya akan hal ini. Janji ini berkaitan dengan firman Allah dalam surat maryam (19) : 71 ”dan tidak seorang pun dari kalian, melaikan dia pasti mendatangi neraka itu ”.

Belum jelas? Maksud mendatangi disini adalah menyeberanginya di atas shiraat, yaitu sebuah jembatan yang di bentengkan di atas neraka jahanam, bukanlah untuk mencapai pintu surga, seorang hamba mesti melewati jembatan tersebut ? dan ketahuilah wahai para orang tua, anak-anak anda yang telah meninggalkan anda terlebih dahulu tersebut, kelak akan menunggu anda di pintu tersebut (surga-red).


Haruslah tiga anak ?

Apakah mesti tiga atau 2 anak baru orang tua dapat menikmati kemewahan surga? Kalau begitu bagaimana dengan orang tua yang kematian satu anak ? atau malah tidak kematian sama sekali?

Sesungguhnya Allah Maha pemurah lagi Maha Bijaksana, hal di atas ternyata tak hanya berlaku bagi orang tua yang kehilangan 3 atau 2 anaknya, maka orang tua yang hanya kehilangan satu anak pun dapat merasakan nikmatnya surga lalu bagaimana dengan orang yang tidak kematian anak sama sekali dari umat Rasullullah ? ingat ! Rasulullah adalah pemberi syafaat (pertolongan ). Dan syafaat Rasulullah ini akan di bagikan bagi umatnya yang Rasulullah kehendaki, jadi tenanglah orang tua yang tidak di tinggal mati oleh anaknya, karena syafaat Allah akan menjadi penolong kita di akhirat kelak.

Meski kematian anak membuka jalan bagi orang tua di taman surga, namun tidak diperenankan orang tua kemudian mengharapkan agar anaknya meninggal dunia. Surga ini hanya pengganti anaknya yang di minta oleh Allah. Sesunguhnya anak merupakan ladang berkah, ketika masih hidup ataupun telah mati, anak senantiasa memberikan manfaat bagi orang tua.

Menurut Hadits Qudsi:
Allah SWT berfirman pada harui kiamat kepada anak-anak:
"Masuklah kalian ke dalam surga!"
Anak-anak itu berkata: "Ya Rabbi (kami menunggu) hingga ayah ibu kami
masuk."
Lalu mereka mendekati pintu syurga! tapi tidak mau masuk ke dalamnya. Allah
berfirman lagi: "Mengapa, Aku lihat mereka enggan masuk? Masuklah kalian
kedalam surga!"
Mereka menjawab: "Tetapi (bagaimana) orang tua kami?" Allah pun berfirman:
"Masuklah kalian ke dalam syurga bersama orang tua kalian."
(Hadits Qudsi Riwayat Ahmad dari Syurahbil bin Syua�ah yang bersumber dari
sahabat Nabi SAW)

"Anak kecil (yakni yang meninggal dunia selagi kanak-kanak atau keguguran),
masuk syurga."

Keutamaan orang yang ditinggal mati anaknya kemudian ia bersabar


حدثنا قتيبة بن سعيد. حدثنا عبدالعزيز (يعني ابن محمد) عن سهيل، عن أبيه، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ لِنِسْوَةٍ مِنَ اْلأَنْصَارِ “لاَ يَمُوْتُ ِلإِحْدَاكُنَّ ثَلاَثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ فَتَحْتَسِبُهُ، إِلاَّ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ”. فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ: أَوِ اثْنَيْنِ؟ يَا رَسُوْلَ اللهِ! قَالَ “أَوِ اثْنَيْنِ”.
151 – (2632)

Hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu:
Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda kepada perempuan-perempuan dari kaum Anshar: “Seorang kamu yang kematian tiga orang anak dan dia menerima dengan sabar, niscaya dia akan masuk surga.” Seorang perempuan di antara mereka mengatakan: Atau dua orang ya Rasulullah! Beliau menjawab: Atau dua orang.
(Hadits Shahih Muslim : 2632-151)


حدثنا أبو كامل الجحدري، فضيل بن حسين. حدثنا أبو عوانة عن عبدالرحمن بن الأصبهاني، عن أبي صالح، ذكوان، عَنْ
أَبِي سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ قَالَ:
جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ! ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيْثِكَ. فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيْكَ فِيْهِ. تُعَلِّمْناَ مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ. قَالَ “اِجْتَمِعْنَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا”. فَاجْتَمَعْنَ. فَأَتَاهُنَّ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ. ثُمَّ قَالَ “مَا مِنْكُنَّ مِنِ امْرَأَةٍ تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا، مِنْ وَلَدِهَا، ثَلاَثَةً، إِلاَّ كَانُوْا لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ” فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: وَاثْنَيْنِ. وَاثْنَيْنِ. وَاثْنَيْنِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم “وَاثْنَيْنِ. وَاثْنَيْنِ. وَاثْنَيْنِ”.
152 – (2633)

Hadits riwayat Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu’anhu, ia berkata:
Seorang wanita datang menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan berkata: Wahai Rasulullah! Kaum lelaki dapat pergi mendengarkan haditsmu, maka berikanlah kami satu hari dari waktumu agar kami mendatangimu untuk engkau ajarkan kepada kami dari ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Berkumpullah kamu sekalian pada hari ini dan ini! Kemudian mereka pun berkumpul pada hari itu lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam mendatangi mereka dan mengajarkan kepada mereka apa yang telah Allah ajarkan kepada beliau. Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: Tidak seorang wanita pun dari kamu sekalian yang ditinggal mati tiga orang anaknya kecuali mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka. Lalu salah seorang wanita bertanya: Dan dua orang anak, dan dua orang anak dan dua orang anak? Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menjawab: Dan dua orang anak, dan dua orang anak, dan dua orang anak
(Hadits Shahih Muslim : 2633-152)



Allah Ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al Hadid: 22-23)
Berikut beberapa faedah yang bisa diperoleh dari ayat di atas:
Faedah pertama
Yang dimaksud dengan “lauh” adalah lembaran dan “mahfuzh” artinya terjaga. Kata Ibnu Katsir, Lauhul Mahfuzh berada di tempat yang tinggi, terjaga dari penambahan, pengurangan, perubahan dan penggantian.[1] Di dalam Lauhul Mahfuzh dicatat takdir setiap makhluk. Lauhul Mahfuzh dalam Al Qur’an biasa disebut dengan Al Kitab, Al Kitabul Mubin, Imamul Mubin, Ummul Kitab, dan Kitab Masthur.[2]
Faedah kedua
Setiap musibah dan bencana apa pun itu yang menimpa individu atau menimpa khalayak ramai, baik itu gempa bumi, kekeringan, kelaparan, semua itu sudah dicatat di kitab Lauhul Mahfuzh. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.[3]
Dalam hadits lainnya disebutkan,
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ. فَقَالَ مَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبِ الْقَدَرَ مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ
“Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan (setelah ‘arsy, air dan angin[4]) adalah qolam (pena), kemudian Allah berfirman, “Tulislah”. Pena berkata, “Apa yang harus aku tulis”. Allah berfirman, “Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya”[5]
Faedah ketiga
Takdir yang dicatat di Lauhul Mahfuzh tidak mungkin berubah sebagaimana maksud dari ayat yang kita bahas. Begitu pula disebutkan dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
Pena telah diangkat dan lembaran catatan (di Lauhul Mahfuzh) telah kering”.[6]
Al Mubarakfuri rahimahullah berkata,
كُتِبَ فِي اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ مَا كُتِبَ مِنْ التَّقْدِيرَاتِ وَلَا يُكْتَبُ بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْهُ شَيْءٌ آخَرُ
“Dicatat di Lauhul Mahfuzh berbagai macam takdir. Ketika selesai pencatatan, tidaklah satu pun lagi yang dicatat.”[7]
Intinya, al kitabah (pencatatan) ada dua macam: (1) pencatatan yang tidak mungkin diganti dan dirubah, yaitu catatan takdir di Lauhul Mahfuzh; (2) pencatatan yang dapat diubah dan diganti, yaitu catatan di sisi para malaikat. Allah Ta’ala berfirman,
يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).” (QS. Ar Ro’du: 39). Catatan yang terakhir yang terjadi itulah yang ada di Lauhul Mahfuzh.
Dari sini kita bisa memahami berbagai hadits yang membicarakan bahwa silaturahmi (menjalin hubungan dengan kerabat) bisa memperpanjang umur dan melapangkan rizki, atau do’a bisa menolak takdir. Di sisi Allah, yaitu ilmu-Nya, Allah mengilmui bahwa hamba-Nya menjalin hubungan kerabat dan berdo’a kepada-Nya. Ini di sisi ilmu Allah. Lantas Allah Ta’ala mencatatnya di Lauhul Mahfuzh keluasan rizki dan bertambahnya umur.[8]
Artinya di sini, Allah Ta’ala telah mengilmi bahwa hamba-Nya melakukan silaturahmi atau berdo’a kepada-Nya. Demikian yang Allah catat di Lauhul Mahfuzh yaitu adanya keluasan rizki dan bertambahnya umur.
Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika ditanya apakah rizki yang telah ditakdirkan bisa bertambah dan berkurang, beliau rahimahullah menjawab, “Rizki itu ada dua macam. Pertama, rizki yang Allah ilmui bahwasanya Allah akan memberi rizki pada hamba sekian dan sekian. Rizki semacam ini tidak mungkin berubah. Kedua, rizki yang dicatat dan diketahui oleh Malaikat. Ketetapan rizki semacam ini bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan sebab yang dilakukan oleh hamba. Allah akan menyuruh malaikat untuk mencatat rizki baginya. Jika ia menjalin hubungan silaturahmi, Allah pun akan menambah rizki baginya.”[9]
Jadi sama sekali takdir yang ada di Lauhul Mahfuzh tidak berubah, yang berubah adalah catatan yang ada di sisi Malaikat, dan itu pun sesuai ilmu Allah Ta’ala.
Faedah keempat
Musibah yang terjadi di muka bumi dan terjadi pada diri manusia, itu telah dicatat di kitab sebelum diciptakannya makhluk. Inilah tafsiran yang lebih baik pada firman Allah,
إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya”, yang dimaksud dengan menciptakannya di sini adalah penciptaan makhluk. Demikian dipilih oleh Ibnu Katsir rahimahullah. Pendapat ini didukung dengan riwayat dari Ibnu Jarir, dari Manshur bin ‘Abdirrahman, ia berkata, “Setiap musibah di langit dan di bumi telah dicatat di kitab Allah (Lauhul Mahfuzh) sebelum penciptaan makhluk.[10]
Faedah kelima
Tidaklah suatu musibah itu terjadi kecuali disebabkan karena dosa. Qotadah rahimahullah mengatakan, “Telah sampai pada kami bahwa tidaklah seseorang terkena sobekan karena terkena kayu, terjadi bencana pada kakinya, atau kerusakan menimpa dirinya, melainkan itu karena sebab dosa yang ia perbuat. Allah pun dapat memberikan maaf lebih banyak.”[11]
Faedah keenam
Ayat ini adalah di antara dalil untuk menyanggah pemahaman Qodariyah yang menolak ilmu Allah yang telah dulu ada[12]. Artinya, Qodariyah meyakini bahwa Allah baru mengilmui setelah kejadian itu terjadi. Padahal sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash,” Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” [13]
Faedah ketujuh
Maksud firman Allah,
إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” Yaitu Allah mengetahui segala sesuatu sebelum penciptaan sesuatu tersebut. Allah pun telah mencatatnya. Ini sungguh amat mudah bagi Allah karena Allah Maha Mengetahui sesuatu yang telah terjadi, sesuatu yang tidak terjadi dan mengetahui sesuatu yang tidak terjadi seandainya ia terjadi.[14] Sungguh Maha Luas Ilmu Allah.
Faedah kedelapan
Segala sesuatu yang telah ditakdirkan akan menimpa seseorang, tidak mungkin luput darinya. Segala sesuatu yang tidak ditakdirkan baginya, tidak mungkin akan menimpanya. Inilah yang dimaksudkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ
Hendaklah engkau tahu bahwa sesuatu yang ditakdirkan akan menimpamu, tidak mungkin luput darimu. Dan segala sesuatu yang ditakdirkan luput darimu, pasti tidak akan menimpamu.[15]
Jika demikian, tidak perlu seseorang merasa putus asa dari apa yang tidak ia peroleh. Karena jika itu ditakdirkan, pasti akan terjadi.[16] Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu
Jika memang engkau kehilangan Hpmu yang berharga, tidak perlu bersedih karena inilah takdir yang terbaik untukmu. Siapa tahu engkau kelak akan mendapatkan ganti yang lebih baik. Engkau belum kunjung diangkat jadi PNS, jadi khawatir pula karena memang itu belum takdirmu. Engkau belum juga diterima di universitas pilihanmu, jangan pula khawatir karena takdir Allah sama sekali tidaklah kejam. Tidaklah perlu bersedih terhadap apa yang luput darimu.
Faedah kesembilan
Jangan pula terlalu berbangga dengan nikmat yang kita peroleh karena itu sama sekali bukanlah usaha kita. Itu semua adalah takdir yang Allah tetapkan dan rizki yang telah Allah bagi[17]. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ
Dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu
Faedah kesepuluh
Janganlah menjadikan nikmat Allah sebagai sikap sombong dan membanggakan diri di hadapan lainnya. Itulah selanjutnya Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri
Sebagai penutup dari sajian ini, ada penjelasan yang amat bagus dari Asy Syaukani rahimahullah. Beliau mengatakan, “Janganlah bersedih dengan nikmat dunia yang luput darimu. Janganlah pula berbangga dengan nikmat yang diberikan padamu. Karena nikmat tersebut dalam waktu dekat bisa sirna. Sesuatu yang dalam waktu dekat bisa sirna tidak perlu dibangga-banggakan. Jadi tidak perlu engkau berbangga dengan hasil yang diperoleh dan tidak perlu engkau bersedih dengan sesuatu yang luput darimu. Semua ini adalah ketetapan dan takdir Allah ... Intinya, manusia tidaklah bisa lepas dari rasa sedih dan berbangga diri.”[18]
Jadi tidak perlu berbangga diri dan bersedih hati atas nikmat Allah yang diperoleh dan luput darimu. Pahamilah bahwa itu semua adalah takdir Allah, tak perlu sedih. Itu semua adalah yang terbaik untuk kita, mengapa harus terus murung. Itu semua pun sewaktu-waktu bisa sirna, mengapa harus berbangga diri.
Semoga sajian tafsir ini bisa bermanfaat bagi kita dan semakin menenangkan hati yang sedang sedih.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Sungguh menenangkan jika kita terus mengkaji firman-firman Allah.

Disusun di Panggang-GK, 12 Ramadhan 1431 H (22 Agustus 2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com

No comments:

Post a Comment