Monday, February 18, 2013

ujian

Ujian, ujian
by tere liye

Kita tidak selalu hidup di lingkungan yang kita inginkan. Kita hidup di lingkungan yang telah diwariskan berpuluh2 tahun, bahkan berabad-abad. Ketika definisi sesuatu kadang berbelok jauh sekali dari hakikat sejatinya.

Sekolah misalnya, definisi sekolah hari ini jauh sekali menyimpang dari definisi sekolah yang dipahami orang2 masa lalu; atau sebagian kecil yang berhasil menemukan definisinya. Lihatlah, orang2 berlomba sekolah demi nilai, ijasah, dan kedudukan sosial lebih baik. Langka menemukan orang2 yang saling berkompetisi sekolah semata2 demi mencari ilmu, lantas mengamalkan ilmu tersebut. Apalagi sekolahnya sendiri, guru2, sistem yang ada di sekolah tersebut; Jangan coba2 membawa nasehat lama, prinsip guru2 besar dari jaman lama, bahwa mengajar tanpa pamrih, benar2 tidak mau menerima imbalan; kita bisa dimaki orang banyak. Saya tidak bilang semua sudah begitu, tapi kita sama-sama tahu soal ini.

Maka, saya benar2 tidak punya solusinya saat ada remaja yang datang, bertanya tentang bagaimana cara terbaik menghadapi ujian nasional sekolahnya. Oh, my dear anggota page, kalau tere liye ini sakti macam Gandalf dalam cerita Lord of The Ring itu, maka dia akan datang ke kementerian pendidikan nasional, membawa tongkat putih, berusaha menghapus kabut tebal ide ujian nasional itu dari muka bumi. Tapi nyatanya tidak, yang bisa saya lakukan hanya memandang lamat2 angka2, ada 1,5 juta lebih murid SMA yang mengikuti ujian nasional 2012, ada 3,7 juta lebih murid SMP yang mengikuti ujian nasional 2012, dan lebih dari 5 juta murid SD yang harus melewati ujian nasional 2012.

Banyak sekali. Semua keriuhan ujian nasional tersebut. Satu keluarga bisa ikut rusuh saat ujian nasional tiba. Kecemasan datang, khawatir tidak lulus, khawatir nilainya tidak terlalu tinggi, cemas nanti repot saat mau memilih sekolah lanjutan. Dan harapan2 dikirimkan. Tumpah ruah. Boleh jadi, masa-masa ujian nasional adalah masa paling sibuk dalam doa-doa. Lebih banyak melesat ke langit doa-doa yang dikirim. Lebih rajin shalat, termasuk shalat malam, bahkan bila perlu bikin acara massal 'purifikasi', minta maaf, dsbgnya. Saya tidak pernah menemukan hal seperti ini dalam buku2 lama, kitab2 tua, my dear anggota page. Budaya baru telah tiba. Budaya ujian nasional. Boleh jadi, besok lusa, ini akan masuk dalam definisi ritual suci, dan artefaknya akan digali arkeolog ratusan tahun ke depan. Oh, ini dia lembaran2 suci ujian nasional (semacam daun lontar), oh ini dia gambar bersejarah orang2 sedang ujian (semacam gambar di dinding goa), dsbgnya.

Baiklah, sebelum tulisan ini terlalu jauh kemana-mana, dan malah tidak bermanfaat, hanya provokatif, maka, dengan semua keterbatasan lingkungan saat ini, kita harus melaluinya tanpa bisa melakukan apapun, here we go, akan saya tuliskan beberapa saran jika kalian sedang bersiap menghadapi ujian nasional:

1. Hidup ini ujian.
Ya, itu betul sekali, hidup ini ujian. Mulai dari lahir hingga akhir hayat. Beberapa orang dewasa, kadang menganggap kalimat ini terlalu serius, sudah tahu hidup ini ujian, maka ditambahkanlah ujian nasional, lupa mereka, tidak cukup apa semua ujian2 lain. Jadi, jangan cemas atas momen 3 hari itu. Lewati seperti air yang mengalir. Hei, besok lusa, akan datang ujian yang lebih rumit loh, seperti bertemu calon mertua, melahirkan, membesarkan anak2. Itu lebih serius bahkan.

2. Lakukan yang terbaik, maka kesuksesan akan datang dengan sendirinya.
Apakah saya sudah siap? Apakah saya sudah cukup belajar? Apakah saya akan lulus? Lumrah saja hal-hal itu menghantui pikiran. Tapi jangan sering2, nanti muncul cemas berlebihan yang kontraproduktif. Yakinkah saja, kalian akan melakukan yang terbaik. Berusaha yang terbaik, sisanya banyak2lah berdoa. Kesuksesan akan datang. Kalaupun gagal, tidak selalu berarti usaha kita tidak maksimal; kalau gagal, itu simply Tuhan punya rencana lain yang lebih baik. Coba lagi. Jika orang tua kalian cerewet, tiap hari teriak "belajar! belajar! nanti nggak lulus, nanti susah nyari sekolah", maka ajak bicara mereka, peluk, tatap matanya penuh kasih sayang, bilang dengan sungguh2, "Ibu, saya akan melakukan yang terbaik. Saya akan melakukan yang terbaik. Saya akan membuat bangga Ibu." Nah, satu minggu ke depan Ibu kalian akan berhenti teriak2 nyuruh belajar--meski kemudian ya kambuh lagi cerewetnya.

3. Ingat selalu, kalian spesial.
Kalian spesial. Selalu. Dan akan selalu. Kalau kita kesulitan menemukan di mana letak spesialnya kita--malah sering minder, banyakan merasa rendah diri; maka cari dengan sudut pandang orang lain. Hei, kalian spesial bagi orang tua kalian. Bagi mereka, kalian paling tampan, cantik, paling pintar. Mereka selalu menyayangi kita. Maka, spesial-lah kita. Jadi, jangan buat cemas mereka, jangan buat kecewa. My dear anggota page, ketika sy bilang jangan buat mereka kecewa, bukan berarti kalian harus mati2an membuktikan banyak hal atau pemahaman ekstrem lainnya. Percayalah, mereka selalu berdiri di belakang kita bahkan saat kita sedang gagal. Karena kita spesial.

Selamat melewati momen2 itu. Masih lama, tapi tidak ada salahnya menyiapkan diri. Toh, banyak orang lupa, ujian terbesar kita adalah kelak, di akhir kehidupan, kita bahkan disuruh bergegas bersiap lebih jauh2 hari lagi. Saya percaya, kalian pasti bisa.

No comments:

Post a Comment