Wednesday, April 20, 2011

kenapa harus tahsin?


Tahsin??..sebagian dari kita mungkin sudah ga asing dengan ini,kakaknya si tajwid,tahfiz itu loh..hehhe. Secara bahasa, istilah tajwid yang disamakan dengan tahsin ini memiliki arti yang sama, yaitu membaguskan. Para ulama memberikan batasan mengenai istilah ini, yaitu “mengeluarkan huruf-huruf al-Quran dari tempat-tempat keluarnya (makharij huruf dengan memberikan hak dan mustahaknya. Yang dimaksud dengan hak adalah menegaskan huruf disertai dengan penerapan sifat-sifatnya seperti mengalirnya nafas atau sebaliknya (hams dan Jahr) atau menebalkan huruf tertentu dengan cara mengangkat pangkal lidah atau menipiskannya (Isti’la dan Istifal) yang keseluruhan sifat huruf tersebut berjumlah 17 sifat. Adapun yang dimaksud dengan mustahak adalah mengaplikasikan sifat-sifat tambahan disebabkan misalnya terjadinya pertemuan huruf tertentu dengan huruf lainnya seperti idgham, ikhfa, iqlab atau mengaplikasikan kesempurnaan konsistensi tanda panjang sesuai dengan tuntutannya. Untuk mencapai kesempurnaan penguasaan ilmu ini secara teori dan praktek, setiap muslim dituntut untuk mengoptimalkan usaha melalui latihan-latihan dan praktek membaca yang senantiasa didampingi oleh orang yang dianggap sudah baik bacaannya. Bagi sebagian orang ada yang mendapatkan kemudahan untuk menguasainya namun ada juga yang merasa kesulitan karena ia belum terbiasa mengucapkan kata-kata selain bahasa yang dikuasainya.wah dari pemaparan awal aja kayanya ribet banget yah..kita baca dulu lanjutannya ya..cekidot

Al-Quran memiliki fungsi utama yaitu sebagai kitab petunjuk ‘huda’, petunjuk utama yang mengarahkan kehidupan setiap manusia yang siap berserah diri kepada Allah Swt (muslim) agar segala hakikat kemaslahatannya tercapai dengan gemilang baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat,itulah fungsi yang ditegaskan sendiri oleh al-Quran. Atas dasar ini, kiranya logis kalau setiap muslim merasa dirinya wajib membaca dan menyelami kandungan maknanya agar mencapai pengamalan yang sempurna dan mendapatkan ridla Allah Swt, apalagi al-Quran sendiri menegaskan maksud dari diturunkannya agar mampu ditadabburi dan diamalkan dengan sempurna, Allah Swt berfirman, QS Shaad (38) : 29:

كتب أنزلنه إليك مبرك ليدبروا ءايته وليتذكروا أولوا الألباب

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran

Dari 'image' yg ribet ini pada akhirnya banyak orang yang mengambil kesimpulan  paling penting dalam membaca al-Quran adalah berusaha memahaminya agar mampu diamalkan, bahkan sebagian ada yang berpendapat bahwa kesempurnaan membaca al-Quran dengan menerapkan tajwid atau tahsinnya adalah pelengkap saja atau sekedar hiasan (aksesoris), maka mencapai kesempurnaan membacanya bukanlah suatu prioritas yang diutamakan.

Pendapat di atas tidak ada salahnya, namun kiranya perlu dipahami secara seimbang dan komprehensif, jangan sampai alasan yang disampaikan bukan menguatkan pendapat di atas malah menegaskan kelemahan penyampai argumen yang alasannya cenderung diada-adakan. Bukankah membaca al-Quran dengan mempraktikkan kaidah-kaidah tahsin atau tajwidnya merupakan pengamalan yang harus dilaksanakan sebagai konsekwensi pemahaman ayat al-Quran yang memerintahkannya? Dan kalau diperhatikan, ada beberapa hal yang menyebabkan kita harus ‘tahsin’ dalam membaca al-Quran :
<!
 >   Perintah Allah Swt.

Allah Swt memerintahkan dalam QS. Al-muzzammil : (4) : (ورتل القرءان ترتيلا), dan bacalah Al-Quran dengan tartil.Para ulama telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan tartil adalah membaca dengan pelan-pelan, penuh ketenangan dan perhatian yang serius dengan memperjelas pengucapan huruf-hurufnya. Ali Ibn Abi Thalib menyimpulkan makna tartil dengan ungkapan yang cerdas“ tajwiidul huruf wa ma’rifatul wuquf”, men-tajwid-kan/membaguskan pengucapan huruf-hurufnya serta mengetahui tempat-tempat berhentinya. Bukankah seseorang yang membaca al-Quran dengan sempurna dan mengetahui kapan ia harus memulai dan memberhentikan bacaannya sesuai dengan ‘titik- komanya’ karena ia paham dari apa yang dibacanya? Perintah membaca al-Quran dengan tartil lebih ditegaskan lagi dalam pemahaman ayat di atas ketika kata perintah ‘rattil’ terulang kembali dalam bentuk mashdar ‘tartila(n)’, yang mengesankan makna adanya perhatian yang besar mengenai terealisasinya perintah Allah ini, pengagungan terhadap obyeknya yaitu Al-Quran, dan besarnya pahala yang Allah berikan kepada para pelaksana perintah ini.
<
R       Refleksi keimanan setiap hamba yang taat.

Allah Swt berfirman dalam QS. Al-baqarah : 121,

الذين ءاتيناهم الكتاب يتلونه حق تلاوته أوالئك يؤمنون به ومن يكفر به فأولئك هم الخاسرون

orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang merugi.

Mengikuti jejak Rasulullah, para sahabat dan pewarisnya yang mendambakan surga.

Banyak hadis serta atsar sahabat yang menjelaskan keutamaan orang-orang yang senantiasa berinteraksi dengan al-Quran mulai dari memelihara kesempurnaan bacaannya hingga menghafalnya, namun cukuplah satu hadis Rasul yang menegaskan para ahli al-Quran adalah orang-orang yang terbaik. Rasulullah Saw bersabda :
خيركم من تعلم القرءان و علمه (رواه البخاري)
Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya ( HR. Imam Bukhari)

Sebagaimana dalam hadis di atas, Rasulullah menegaskan bahwa kedudukan seseorang menjadi yang terbaik ditunjukkan di antaranya dengan dua aktivitas utama ketika berinteraksi dengan al-Quran, yaitu belajar dan mengajarkan. Memang, untuk mencapai manfaat maksimum dari Kitab Allah ini adalah dengan melaksanakan dua aktivitas tersebut, dengan demikian terbukalah pintu-pintu kebaikan lainnya. Belajar adalah syarat utama untuk mencapai puncak ilmu dengan segala persyaratannya yang harus dilakukan, mengajarkan adalah memberikan kemanfaatan terhadap orang lain dari apa yang dipelajarinya di samping sebagai kontrol terhadap dirinya agar melaksanakan setiap ilmu yang dipelajarinya jauh sebelum ia ajarkan kepada orang lain.

 Memelihara al-Quran dari kesalahan yang tidak layak.

Para ulama tajwid membagi 2 kesalahan dalam membaca al-Quran,
Kesalahan pertama adalah lahn Jaliyy, yaitu kesalahan yang mudah diketahui seperti pengucapan huruf ش yang dibaca dengan huruf س dalam lafazh شكر , tentunya kesalahan ini tanpa disadari telah merubah huruf al-Quran sehingga dihukumi sebagai kesalahan fatal yang menyebabkan keharaman apalagi kalau sampai merubah maknanya.
Kesalahan kedua adalah yang disebut dengan lahn khofiy, kesalahan yang diketahui oleh orang-orang tertentu diantaranya oleh orang-orang yang memahami ilmu tajwid al-Quran. Kesalahan ini berkisar pada ketidakmampuan menerapkan kaidah hukum seperti idgham, ikhfa, iqlab dan lainnya. Kesalahan ini tergolong ringan sehingga sebagian menghukuminya makruh namun ada pula yang mengharamkannya sebab dengan demikian telah ikut merusak keindahan al-Quran.
Dengan mempelajari ‘tahsin’ maka dipandang adanya usaha dari kita untuk membebaskan diri dari perangkap kesalahan ini dan berharap agar Allah senantiasa mengampuni ketidakmampuan untuk mencapai kesempurnaannya setelah berusaha secara maksimum.
<!     
        Menuju kesempurnaan ridla Allah Swt.

Pelaksanaan ibadah kepada Allah Swt adalah dengan segenap perbuatan,ucapan, bahkan lintasan hati yang diorientasikan kepada Allah Swt dengan mengharapkan keridlaan-Nya. Agar sampai pada keridlaan-Nya, pelaksanaan ibadah yang dilandaskan pada perintah dan larangan-Nya. Keseriusan kita dalam mempelajari dan mengamalkan membaca al-Quran dengan segala kesempurnaannya karena dilandasi keyakinan akan jaminan Allah dan Rasul-Nya akan mengantarkan pada golongan para ahli al-Quran yang disanjung oleh Allah dan Rasul-Nya, Rasulullah Saw bersabda; “orang yang membaca al-Quran dan ia pandai dalam membacanya, ia akan bersama para malaikat yang menjadi utusan yang mulya lagi suci, sedangkan orang yang membaca al-Quran namun terbata-bata, kesulitan serta kesukaran dalam membacanya, ia akan memperoleh dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semua kesulitan dan peluh kita insya Allah ada kebaikan didalamnya.Judul ini ditulis juga untuk 'membakar' saya juga yang 'kembali'belajar tahsin lagi...dulu waktu SMA pernah tahsin..perasaan waktu itu gampang2 aja..udah lama ga dipraktekin dan ilmu itu pun menguap..huaa....sekarang belajar lagi dan ya ampuuuunnn..awal2 udh bilang ko suseh sih nga kaya waktu itu belajar...udh sampai sakit2 tenggorokan hhehhe..padahal mah sama aja materinya,cuma mungkin waktu sma belum banyak cabang tanggung jawabnya jadilah saat ini ibu beranak 4 ini kesulitan. Kadang pengen 'stop'aja..tapi..saya ga mau kalah sama syaitan..umur ini harus digunakan untuk yg bermanfaat sebagai tanda cinta saya yang mati pada agama ini.Semoga selalu di rahmati Allah. Semoga 'membakar ' kalian juga...kalau bukan kita pemeluk agama ini yg memahami kitab sucinya..siapa lagi ??

daftar pustaka : http://www.maqdis.org/

No comments:

Post a Comment